Skip to main content

Iran: Kematian Mencurigakan Seorang Demonstran di Penjara

Javad Rouhi Disiksa dan Dihukum setelah Penangkapan Terkait dengan Protes

Javad Rouhi © 2023 Tabnak

(Beirut) - Seorang pengunjuk rasa asal Iran yang dipenjara meninggal dunia dalam kondisi mencurigakan pada 31 Agustus 2023, di Iran utara. Hal ini menimbulkan keprihatinan serius tentang bagaimana ia diperlakukan dalam penjara, kata Human Rights Watch hari ini. Javad Rouhi (31 tahun) disiksa secara mengerikan setelah ia ditangkap dalam serangkaian aksi protes besar-besaran yang meletus di Iran pada September 2022 dan divonis bersalah dua bulan kemudian melalui proses persidangan yang tidak adil.

Pada 31 Agustus, penjara Nowshahr di Provinsi Mazadanran, utara Teheran, mengeluarkan pernyataan bahwa Rouhi sebelumnya telah dipindahkan ke rumah sakit pagi "setelah mengalami gegar otak" tetapi lantas meninggal dunia meskipun telah menerima bantuan medis. Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa Kantor Kejaksaan sedang menyelidiki kematiannya. Pengacara Rouhi mengkonfirmasi kematiannya dalam sebuah cuitan. Menurut sumber yang mengetahui kejadian itu, pasukan keamanan pemerintah telah menekan keluarga untuk mengatur pemakaman secara tertutup.

"Catatan penyiksaan dan penganiayaan yang mengerikan oleh otoritas penjara Iran membuat kematian Javad Rouhi dalam tahanan lebih dari sekadar mencurigakan," kata Tara Sepehri Far, peneliti senior Iran di Human Rights Watch. "Penyelidikan internasional diperlukan karena tidak ada alasan untuk percaya bahwa pihak berwenang Iran akan melakukan penyelidikan yang transparan."

Pada 13 Desember 2022, Cabang 1 Pengadilan Revolusioner di kota Sari Provinsi Mazandaran, setelah persidangan yang hanya berlangsung 45 menit, menjatuhkan hukuman mati kepada Rouhi atas tuduhan "mengobarkan perang melawan Tuhan," "korupsi di Bumi," dan "kemurtadan." Pada 23 Mei, pengacara Rouhi melaporkan bahwa Mahkamah Agung menerima banding kliennya, membatalkan hukuman mati dan merujuk kasusnya agar disidangkan kembali.

Human Rights Watch memperoleh informasi  bahwa beberapa agen Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menangkap Rouhi pada September 2022 dan menahan pria itu di sel isolasi tanpa memberikan informasi apa pun kepada keluarganya selama lebih dari 40 hari. Menurut sumber itu, Rouhi memiliki gangguan kesehatan mental dan sebelumnya pernah menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit.

Beberapa anggota IRGC menyiksa Rouhi saat dia berada dalam tahanan, kata seorang sumber yang mengetahui hal tersebut. Sumber itu mengatakan Rouhi terpapar suhu beku dan es batu ditempatkan di testis serta bagian lain dari tubuhnya selama 48 jam. Para penyerang juga memukulinya dengan tongkat dan mencambuki tubuhnya, termasuk telapak kakinya, sementara dia diikat ke sebuah tiang. Dia dilaporkan kehilangan kendali atas buang air besar dan untuk menggerakkan salah satu kakinya dan mengalami gangguan bicara sebagai akibatnya. Pengadilan revolusioner menolak untuk mempertimbangkan laporan penyiksaan terhadap Rouhi dan tidak mengizinkannya untuk mendapatkan akses ke pengacara pilihannya selama persidangan. Dia mengalami gegar otak dalam tahanan akibat penyiksaan dan dipindahkan ke rumah sakit selama 24 jam.

Pelanggaran yang dilakukan otoritas Iran terhadap hak-hak proses hukum dan  standar peradilan yang adil serta penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap para tahanan telah menjadi ciri-ciri sistemik dari tindakan keras pemerintah terhadap serangkaian protes anti-pemerintah, demikian ungkap Human Rights Watch.

Amnesty International telah mendokumentasikan setidaknya 72 kematian yang terjadi di penjara-penjara Iran sejak Januari 2010. Dalam 46 kasus di antaranya, sumber-sumber informasi mengatakan bahwa kematian tersebut diakibatkan oleh penyiksaan atau perlakuan buruk lainnya oleh sejumlah agen intelijen dan keamanan atau petugas penjara. Pihak berwenang Iran terus-menerus menolak untuk melakukan penyelidikan yang transparan atas kematian-kematian tersebut, juga tidak meminta pertanggungjawaban dari para pejabatnya.

Prinsip-Prinsip PBB tentang Pencegahan dan Investigasi Efektif atas Eksekusi di Luar Hukum, Sewenang-wenang, dan tanpa Proses Peradilan menyerukan "penyelidikan menyeluruh, cepat dan tidak memihak" atas semua kematian yang mencurigakan dalam tahanan untuk "menentukan penyebab, cara dan waktu kematian, orang yang bertanggung jawab, dan pola atau praktik apa pun yang mungkin menyebabkan kematian itu."

Prinsip-prinsip tersebut menyatakan bahwa "keluarga almarhum dan perwakilan hukum mereka harus diberitahu tentang, dan memiliki akses ke, setiap persidangan serta semua informasi yang relevan dengan penyelidikan, dan berhak untuk menyajikan bukti lain." Misi Pencari Fakta Internasional Independen untuk Republik Islam Iran, yang dibentuk Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada September 2022 guna menyelidiki semua dugaan pelanggaran HAM yang berkaitan dengan berbagai aksi protes tersebut, seharusnya menyelidiki kematian Rouhi dalam tahanan, kata Human Rights Watch.

"Misi pencari fakta PBB seharusnya menyelidiki semua penyiksaan dan kematian dalam tahanan terkait dengan serangkaian aksi protes di Iran," kata Sepehri Far. "Sayangnya, kasus Javad Rouhi hanyalah yang terkini."

Your tax deductible gift can help stop human rights violations and save lives around the world.

Region / Country